Fire Fighter


16/12/09

Nyawa Taruhannya

Seorang petugas pemadam kebakaran dalam menjalan kan tugasnya, dipenuhi resiko. Bahkan sebelum operasi pemadaman. Misalnya, saat menuju lokasi kebakaran, mobil terbalik. Beberapa tahun lalu, hal ini pernah
terjadi. Akibatnya fatal, yang mengalaminya meninggal dunia. Setelah itu, saat masuk ke lokasi kebakaran juga ada resiko. Terutama bila kebakaran di lokasi pemukiman padat penduduk. Biasanya, datang dari masyarakat setempat. Petugas pemadam kebakaran sering mengalami intimidasi dari sekelompok massa di lokasi kebakaran, yang tidak memahami prosedur operasi pemadaman kebakaran. Misalnya,orang melihat, yang kebakaran di mana, kok, yang disemprot di mana. Sementara dalam pikiran masyarakat,kalau kebakaran, ya, yang disemprot
itu yang terbakar. Padahal, dalam standar operasi pemadaman, bangunan yang sudah terbakar hebat, dan sudah tidak mungkin diselamatkan, maka kita selamatkan bangunan di sebelahnya. Untuk mencegah penjalaran api. Nah, masyarakat yang tidak mengerti hal tersebut, lantas marah-marah. Pakai main ancam segala. Yang ekstrim, kadang merebut selang. Kalau tidak dikasih, sampai ada yang potong selang. Akibatnya fatal, kinerja petugas pemadam jadi tidak optimal, karena bekerja di bawah ancaman massa. Dalam operasi pemadaman, tak kalah bahaya ancaman yang mengincar. Dari bangunan yang terbakar itu sendiri, menjadi ancaman adalah struktur bangunan yang tidak memenuhi standar. Sehingga, ketika terbakar menjadi rapuh dan kemudian rubuh. Dan petugas pemadamlah yang harus menanggung resiko. Kemudian, satu hal yang juga kerap mengancam keselamatan petugas, adalah amburadulnya sistem instalasi listrik di lokasi pemadaman. Padahal, ancaman dari listrik tak kalah bara, kita lantas balik ke markas. Ee, beberapa saat kemudian ada lagi laporan api kembali menyala di tempat tersebut. Maka itu, kita tidak ambil resiko, bara sekecil apapun, harus dimatikan. Nah,ada kejadian, ketika api sudah padam, terlihat masih ada cahaya setitik. Disangka itu api kecil, atau bara yang masih menyala. Maka si petugas pun menyemprotkan air ke sana. Tidak tahunya, cahaya setitik itu adalah kabel listrik. Karena air adalah penghantar listrik. Maka, kalau sumber listrik tersiram air, maka listrik langsung menjalar menyambar si petugas penyemprot. Akibatnya fatal, bisa mati. Dalam suatu kebakaran, kelihatannya api sudah dapat dipadamkan. Namun dicek kembali, siapa tahu masih ada bara yang menyala-nyala. Karena sesuai motto “Pantang Pulang Sebelum Padam”, maka kita tidak akan meninggalkan lokasi kebakaran sebelum api benar-benar padam. Bahkan kita tidak akan meninggalkan bara menyala. Karena potensi penyalaan api masih ada, kalau bara masih menyala. Kan repot, kalau kita kita api
sudah padam, padahal masih ada yang terkelupas. Kontan, begitu disemprot, si petugas langsung tersengat listrik. Akibatnya fatal, si petugas kesetrum, mati. Rupanya, di lokasi itu ada listrik ‘cantelan’, yakni listrik curian yang diambil langsung dari kabel utama. Hal seperti itu tentu sangat kita sesalkan. Karena listrik curian itu, akhirnya seorang petugas meninggal dunia. Jadi, itulah antara lain beberapa persoalan yang selama ini kerap menjadi ancaman bagi keselamatan petugas dalam menjalankan operasi pemadaman. Tak tanggung- tanggung, nyawa yang jadi taruhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar